Rabu, 26 Maret 2025

Skandal Bocornya Info Rahasia Militer AS Guncang Pemerintahan, Menhan Terancam

 




MAKLUMATPUBLIK - WWW.BET-888.ORG Sebuah skandal besar mengguncang pemerintahan Presiden Donald Trump setelah terungkap bahwa informasi sensitif mengenai serangan militer AS di Yaman bocor. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, kini berada di tengah pusaran kontroversi ini setelah sejumlah pejabat tinggi keamanan nasional berusaha mengalihkan tanggung jawab kepadanya.

Dalam sidang di Komite Intelijen Senat yang berlangsung tegang, Direktur CIA John Ratcliffe dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard menghadapi pertanyaan tajam dari para senator Demokrat yang marah atas kebocoran tersebut. Keduanya dengan tegas membantah bahwa ada informasi rahasia dalam percakapan tersebut.

"Tidak ada informasi rahasia atau kepentingan intelijen yang dimasukkan dalam grup percakapan itu kapan pun," ujar Gabbard dalam kesaksiannya di bawah sumpah, sebagaimana dikutip dari Maklumatpublik, Rabu (26/3/2025).

Ratcliffe juga bersikeras dalam berbagai kesempatan selama sidang bahwa percakapan itu tidak mengandung informasi rahasia.

Namun, ketika ditanya apakah detail operasional yang dikirimkan Hegseth mengenai serangan terhadap militan yang didukung Iran dikategorikan sebagai informasi rahasia, Ratcliffe dan Gabbard sama-sama mengalihkan pertanyaan tersebut kepada Menteri Pertahanan.

"Dalam hal tuduhan bahwa ada paket serangan atau informasi target yang terkait dengan Departemen Pertahanan, saya tegaskan bahwa Menteri Pertahanan adalah otoritas klasifikasi utama untuk menentukan apakah sesuatu bersifat rahasia atau tidak," kata Ratcliffe.

"Dari yang saya pahami berdasarkan laporan media, Menteri Pertahanan menyatakan bahwa informasi tersebut tidak diklasifikasikan sebagai rahasia."

Ketika ditanya apakah informasi tersebut seharusnya diklasifikasikan, Gabbard menjawab, "Saya menyerahkan keputusan itu kepada Menteri Pertahanan dan Dewan Keamanan Nasional."

Sebagian besar percakapan dalam grup tersebut, yang dilaporkan oleh The Atlantic pada Senin, mencakup diskusi kebijakan luar negeri mengenai serangan AS pada Maret. Meskipun diskusi tersebut sensitif, banyak yang berpendapat bahwa informasi itu belum tentu rahasia.

Namun, pesan-pesan yang dikirimkan oleh Hegseth menjadi sorotan karena diduga berisi "detail operasional tentang serangan mendatang di Yaman, termasuk informasi mengenai target, senjata yang akan digunakan AS, dan urutan serangan."

Beberapa pejabat pertahanan, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, menegaskan bahwa informasi mengenai waktu, target, atau sistem senjata yang akan digunakan dalam serangan militer selalu dikategorikan sebagai rahasia. Hal ini demi menjaga keselamatan anggota militer AS dan mencegah kebocoran rencana ke musuh.

Platform percakapan yang digunakan dalam grup tersebut adalah Signal, sebuah aplikasi pesan terenkripsi komersial yang tidak disetujui untuk pertukaran informasi rahasia.

Ketegangan di Sidang Senat


Dalam sidang pada Selasa, Ketua Komite Intelijen Senat, Senator Tom Cotton dari Partai Republik, mencoba menjelaskan bahwa ada perbedaan antara informasi militer yang diklasifikasikan di bawah otoritas Menteri Pertahanan dan informasi yang dikumpulkan serta dikontrol oleh komunitas intelijen sipil seperti CIA.

"Mereka telah bersaksi - koreksi jika saya salah - bahwa tidak ada informasi rahasia dari komunitas intelijen yang dibagikan dalam percakapan itu," kata Cotton.

Ratcliffe dan Gabbard serempak mengiyakan. "Saya dapat mengonfirmasi lagi bahwa, berdasarkan komunikasi yang saya terima, tidak ada informasi yang diklasifikasikan sebagai rahasia," tambah Ratcliffe.

Namun, pernyataan ini segera mendapat tentangan dari seorang senator Demokrat yang menyoroti bahwa baik Ratcliffe maupun Gabbard sebelumnya telah bersaksi bahwa tidak ada informasi rahasia sama sekali dalam grup tersebut.

Hegseth Membantah


Pada Senin malam, Hegseth dengan tegas membantah bahwa rencana perang dibahas dalam percakapan tersebut, meskipun pemerintahan Trump sebelumnya mengakui bahwa pesan-pesan itu asli.

"Tidak ada yang sedang membahas rencana perang melalui teks, dan itu saja yang bisa saya katakan," kata Hegseth kepada wartawan saat tiba di Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam di Hawaii.

Ia juga menyerang jurnalis The Atlantic, Jeffrey Goldberg, yang pertama kali melaporkan kebocoran tersebut, dengan menyebutnya sebagai "penipu dan sangat tidak dapat dipercaya."

Sementara itu, Trump dalam pernyataannya kepada wartawan pada Selasa mengatakan, "Setahu saya, tidak ada informasi rahasia yang dibagikan dalam percakapan Signal itu," tetapi ia enggan mengungkapkan siapa yang memberitahunya bahwa informasi itu tidak rahasia.

Kesaksian yang Bertentangan

Dalam awal persidangan, Gabbard menolak menjawab apakah dirinya merupakan salah satu peserta grup percakapan tersebut dengan alasan sedang berlangsungnya penyelidikan Dewan Keamanan Nasional. Namun, kemudian ia menjawab pertanyaan-pertanyaan langsung berdasarkan ingatannya tentang percakapan itu.

Baik Ratcliffe maupun Gabbard menyatakan bahwa mereka tidak mengingat adanya diskusi tentang perencanaan operasional, meskipun kemudian Gabbard mengakui adanya "diskusi umum tentang target."

Menurut laporan The Atlantic, dalam pesan yang kemudian dikonfirmasi keasliannya oleh Dewan Keamanan Nasional, Hegseth mengirimkan "informasi rinci mengenai paket senjata, target, dan waktu serangan."

Hegseth memang memiliki wewenang untuk menghapus klasifikasi atas informasi tertentu, tetapi Ratcliffe menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apakah Hegseth telah melakukan hal tersebut.

Reaksi Kongres


Baik Ratcliffe maupun Gabbard tidak secara langsung mengkritik Hegseth atau menyatakan bahwa mereka menyalahkannya atas kontroversi yang kini mengguncang kabinet Presiden Trump. Namun, beberapa anggota Kongres dari Partai Republik secara terang-terangan menuding Hegseth sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

"Menurut saya, orang yang paling bertanggung jawab, atau yang paling bersalah, adalah Menteri Pertahanan, karena dialah yang memasukkan semua informasi yang sangat rahasia itu," kata anggota DPR Don Bacon, yang merupakan anggota Komite Angkatan Bersenjata dan mantan Brigadir Jenderal Angkatan Udara, dalam wawancara dengan CNN.

Ratcliffe sendiri berusaha menjaga keseimbangan dalam pernyataannya dengan menekankan bahwa aplikasi Signal memang digunakan dalam sistem komputer pemerintah AS, termasuk oleh CIA. Namun, ia tidak membela atau mengambil tanggung jawab atas pesan-pesan yang dikirimkan oleh Hegseth.

Dalam satu momen, Ratcliffe mengakui bahwa, secara hipotetis, "diskusi tentang rencana serangan seharusnya dilakukan melalui saluran komunikasi yang diklasifikasikan."

Gabbard, di sisi lain, terus mengklaim bahwa ia tidak mengingat rincian percakapan dalam grup tersebut.

Namun, makin banyak anggota Kongres, baik dari Partai Demokrat maupun Republik, yang mendesak penyelidikan lebih lanjut terhadap keterlibatan Hegseth dalam kebocoran informasi ini.



Narasumber https://maklumatpublik.blogspot.com/


https://manylink.co/@BET888

https://taplink.cc/bet888maxwin

https://bet888vip.bio.link

Harga Batu Bara Jatuh ke Level Terendah dalam 4 Tahun, Dampak Persaingan China dan India

 


MAKLUMATPUBLIK - WWW.SLOT1000K.COM Harga batu bara melanjutkan tren pelemahannya di tengah produksi yang berlimpah dari India maupun China.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 25 Maret 2025 tercatat sebesar US$98,25/ton atau turun 1,36% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 24 Maret 2025 yang sebesar US$99,6/ton.

Posisi ini merupakan yang terendah sejak Mei 2021 atau sekitar empat tahun terakhir di mana pada periode tersebut masih dilanda pandemi Covid-19.

Dilansir dari mining.com, Glencore Plc mengumumkan pemangkasan produksi batu bara yang direncanakan, seiring dengan upaya eksportir terbesar bahan bakar paling kotor di dunia ini untuk menghentikan penurunan harga yang berkepanjangan.

Raksasa perdagangan komoditas ini akan memproduksi 5 hingga 10 juta ton lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya di tambang Cerrejon di Kolombia. Tambang tersebut diperkirakan akan menghasilkan antara 11 hingga 16 juta ton batu bara tahun ini.

"Alasan utama pemangkasan ini didorong oleh harga batu bara termal ekspor yang tidak berkelanjutan," kata Glencore dalam pernyataannya pada Selasa.

Glencore memiliki sejarah panjang dalam mengurangi produksi saat harga lemah dan sebelumnya telah menyatakan kesiapan untuk bertindak guna mendukung salah satu komoditas terpentingnya.

Langkah ini dilakukan di tengah harga batu bara yang masih terpuruk. Penurunan ke level terendah sejak pertengahan 2021 disebabkan oleh produksi yang mencapai rekor tertinggi di India dan China, yang menyebabkan lonjakan stok batu bara di kedua negara tersebut.

Futures batu bara Newcastle di Australia telah turun menjadi sekitar US$100 per ton, merosot sekitar 20% sejak awal tahun. Sebelumnya, harga sempat mencapai rekor lebih dari US$450 per ton pada September 2022, menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Sejak saat itu, produksi batu bara melonjak karena kenaikan harga dan kekhawatiran terhadap keamanan energi.



Narasumber https://maklumatpublik.blogspot.com/

heylink.me/slot1000k

https://allmy.bio/www.slot1000k.com

https://linktr.ee/slot1000k

Protes Mengejutkan di Gaza: Warga Palestina Tolak Hamas, Apa Penyebabnya?"

 


MAKLUMATPUBLIK - WWW.SLOT-500.ORG Ratusan warga Palestina di Gaza utara turun ke jalan dalam aksi protes terbesar terhadap kelompok Hamas sejak serangan 7 Oktober. Massa yang sebagian besar terdiri dari laki-laki meneriakkan slogan anti-Hamas, menyerukan diakhirinya perang dengan Israel, dalam demonstrasi yang terjadi pada Selasa (25/3/2025) malam di Beit Lahia, tepatnya di depan Rumah Sakit Indonesia.

Video dan foto yang beredar luas di media sosial menunjukkan para demonstran meneriakkan "Hamas keluar" dan "Hamas teroris", menandakan meningkatnya ketidakpuasan terhadap kelompok tersebut. Protes ini terjadi di tengah serangan udara intensif Israel yang dilanjutkan setelah gencatan senjata selama hampir dua bulan berakhir.

Sejumlah peserta aksi juga membawa spanduk bertuliskan "Hentikan perang" dan "Kami ingin hidup damai". Beberapa laporan menyebutkan bahwa seruan untuk bergabung dalam aksi ini disebarluaskan melalui aplikasi perpesanan Telegram.

"Saya tidak tahu siapa yang mengorganisir protes ini," ujar salah satu peserta kepada AFP. "Saya ikut serta untuk menyampaikan pesan dari rakyat: Cukup sudah dengan perang ini," tambahnya.

Ia juga mengeklaim telah melihat anggota keamanan Hamas yang menyamar dengan pakaian sipil berusaha membubarkan aksi tersebut.

Majdi, seorang demonstran lainnya yang enggan menyebutkan nama lengkapnya, menuturkan bahwa warga sudah merasa lelah dengan konflik yang terus berkepanjangan. "Jika meninggalkan kekuasaan di Gaza adalah solusi, mengapa Hamas tidak menyerahkannya demi melindungi rakyat?" katanya kepada AFP.

Selain di Beit Lahia, aksi serupa juga terjadi di kamp pengungsi Jabalia di bagian barat Kota Gaza. Rekaman yang beredar menunjukkan puluhan orang membakar ban dan meneriakkan tuntutan untuk mengakhiri perang. "Kami ingin makan," seru mereka dalam aksi tersebut.

Beberapa warga Gaza memprediksi bahwa demonstrasi ini dapat meluas ke bagian lain dari wilayah yang dilanda perang, mengingat masyarakat telah mengalami penderitaan dan kelelahan akibat konflik yang berkepanjangan.

Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, protes dengan skala lebih kecil telah terjadi di Gaza, terutama untuk menuntut diakhirinya perang. Banyak slogan yang terdengar dalam aksi Selasa malam mengingatkan pada gerakan "Bidna N'eesh" atau "Kami Ingin Hidup", yang muncul dalam protes ekonomi di Gaza pada 2019.

Saat itu, Hamas menindak keras demonstrasi tersebut dan menuduhnya dimobilisasi oleh rival politik mereka, Fatah.

Israel telah lama menyerukan warga Gaza untuk melawan Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut sejak 2007. Perang yang berlangsung lebih dari 17 bulan ini telah menghancurkan Gaza, diperburuk dengan kondisi kemanusiaan yang makin memburuk setelah Israel menutup akses bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut sejak 2 Maret, sebagai upaya menekan Hamas agar membebaskan sandera Israel.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 792 warga Palestina telah tewas sejak Israel melanjutkan operasi militer mereka. Adapun serangan 7 Oktober 2023 menewaskan 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, berdasarkan data yang dihimpun AFP dari sumber resmi.

Sebagai balasan, Israel melancarkan agresi militer yang telah menyebabkan lebih dari 50.021 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah warga sipil, menurut laporan Kementerian Kesehatan di Gaza.



Narasumber https://maklumatpublik.blogspot.com/

https://heylink.me/Slot-500jackpot

https://allmy.bio/slot-500.com

https://linktr.ee/Slot500maxwin